ANOTASI BIBLIOGRAFI DARI JURNAL DAN EBOOK TENTANG PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

1.  Judul   : Pengaruh substitusi tepung terigu dan tepung rumput    laut   Sargassum sp terhadap kandungan zat gizi dan kesukaan MP-ASI Biskuit kaya Zat Besi
Nama Pengarang  : Nina Sakinah
Tahun Terbit   : 2012
Penerbit   :  Program  Studi  Ilmu  Gizi,  Fakultas  Kedokteran,
Universitas Diponegoro
a.  Kata  kunci  :  Anemia  defisiensi  besi,  kandungan  zat  gizi,  MP-ASI  biskuit,
tepung sargassum sp
b.  Isi pokok artikel
Artikel  jurnal  penelitian  ini  berisi  tentang  penelitian  yang  dilakukan penulis  terhadap  analisis  pengaruh  variasi  substitusi  tepung  rumput  laut
terhadap kandungan gizi meliputi zat besi, protein, karbohidrat, lemak, serat
kasar,  air  dan  abu  serta  kesukaan  yang  meliputi  warna,  aroma,  rasa,  dan
tekstur  MP-ASI  biskuit.  Penelitian  ini  dilatar  belakangi  karena  adanya
masalah  anemia  yang  terjadi  pada  anak-anak  terutama  yang  banyak  terjadi dinegara  berkembang.  Sekitar  300  juta  anak  usia  12-24  bulan  mengalami anemia  dan  hampir  50  %  kasus  anemia  yang  terjadi  merupakan  anemia defisiensi  zat  besi.  Salah  satu  faktor  penyebab  anemia  defisiensi  zat  besi adalah  kurangnya  asupan  makanan  tinggi  zat  besi.  Dan  alternatif  yang dilakukan  dalam  mengatasi  masalah  tersebut  yaitu  dengan  meningkatkan asupan  yang  dibutuhkan  untuk  dapat  memenuhi  kecukupan  zat  besi  pada anak.  Salah  satu  makanan  yang  dapat  dikonsumsi  oleh  anak  usia  12-24 sebagai MP-ASI adalah biskuit.
Pengkayaan kandungan  zat besi bisa dilakukan  dengan memanfaatkan
bahan pangan lokal seperti rumput laut. Jenis rumput laut  yang mempunyai kandungan zat besi dengan bioavailabilitas yang tinggi adalah  Sargassum sp.
Kadar zat besi rumput laut Sargassum sp  sebesar 68,2 mg/100 g berat kering
dengan bioavailabilitas sebesar 22%.
Metode  penelitian  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini  merupakan
penelitian  dalam  bidang  food  production.  Penelitian  ini  termasuk  penelitian eksperimentaldengan  rancangan  acak  lengkap  satu  faktor  yakni  persentase substitusi  tepung  rumput  laut  Sargassum  sp  terhadap  tepung  terigu  pada produk  MP-ASI  biskuit.  Formula  substitusi  tepung  terigu  dengan  tepung rumput laut  Sargassum sp  dilakukan lima taraf perlakuan yaitu 100:0, 90:10, 85:15,  80:20  dan  75:25  dimana  setiap  perlakuan  dilakukan  tiga  kali pengulangan. Penelitian utaman meliputi pembuatan MP-ASI biskuit dengan substitusi  tepung  rumput  laut  Sargassum  sp,  uji  kandungan  zat  gizi  dan  uji kesukaan. Kandungan yang dianalisis adalah protein,  lemak, kadar air, kadar abu,  karbohidrat,  serat  kasar  dan  zat  besi.  Sedangkan  penelitian  terhadap kesukaan  meliputi  penilaian  warna,  aroma,  rasa,  dan  tekstur  dari  MP-ASI
biskuit. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu :
1)  Kandungan Zat Gizi MP-ASI Biskuit
Berdasarkan hasil penelitian kadar zat besi MP-ASI  biskuit dengan
berbagai  variasi  substitusi  tepung  rumput  laut  Sargassum  sp  berkisar
antara  78,2-50,93  ppm.  Berdasarkan  SNI-01-7111.2-2005  persyaratan
untuk  kadar  zat  besi  MP-ASI  biskuit  usia  12-24  bulan  adalah  maksimal
50,00  ppm.  Hasil  penelitian  menunjukkan  kadar  protein  MP-ASI  biskuit
berkisar  antara  4,23-4,25%  sedangkan  kadar  protein  yang  sesuai persyaratan  adalah  6%.  Untuk  kadar  karbohidrat  MP-ASI  biskuit  yang
dihasilkan  berkisar  antara  62,43%-65,35%.  Dan  kandungan  karbohodrat
pada  MP-ASI  biskuit  ini  memenuhi  persyaratan  karena  syarat  untuk
karbohidrat  minimal  30%.  Selanjutnya  kadar  lemak  MP-ASI  biskuit
berkisar antara 23,67%-26,67 dan kadar protein  yang sesuai persyaratan
adalah  6%.  Untuk  kadar  serat  yang  dihasilkan  yaitu  5,94%-7,93%.  Nilai
kadar  serat  yang  dihasilkan  lebih  tinggi  daripada  persyaratan  yakni  5%.

Sedangkan  untuk kadar air yang dihasilkan 3,50%-4,07% dan persyaratan
kadar air dalam biskuit maksimal adalah 5%. Dan untuk kadar abu  yang
dihasilkan  yaitu  berkisar  antara  1,99%-3,51%.  Persyaratan  untuk  kadar
abu maksimal 3,5%.
2)  Kesukaan
Formulasi  MP-ASI  biskuit  dengan  substitusi  tepung  rumput  laut
Sargassum  sp  menghasilkan  warna  coklat,  semakin  banyak  jumlah
substitusi  tepung  rumput  laut  Sargassum  sp  maka  semakin  gelap  warna
coklat yang dihasilkan. Dan untuk aroma yang dihasilkannya yaitu sedikit
amis. Penilaian terhadap tekstur merupakan penilaian utama pada produk
biskuit. Hasil yang didapatkan yaitu biskuit dengan substitusi rumput laut
Sargassum sp memiliki tekstur yang baik.
3)  Kontribusi MP-ASI Biskuit Terhadap Zat Gizi
MP-ASI biskuit dengan substitusi tepung rumput laut  Sargassum sp
yang  direkomendasikan  adalah  MP-ASI  biskuit  dengan  substitusi  tepung
rumput laut Sargassum sp 25%.
c.  Pendapat
Jurnal  penelitian  ini  mudah  dipahami  dan  bisa  diaplikasikan  dalam
upaya  menciptakan  diversifikasi  produk  olahan  dari  rumput  laut.  Kelebihan dari jurnal ini  yaitu, penulis memaparkan dengan jelas tentang isi dan hasil yang  didapatkan  dalam  melakukan  penelitian.  Selain  itu,  jurnal  ini melampirkan  semua  hasil  pengujian  dan  prosedur  dalam  pembuatan  tepung dan  biskuit  MP-ASI  tersebut  sehingga  pembaca  bisa  lebih  mudah  dan bermanfaat  untuk  dijadikan  sebagai  salah  satu  sumber  dalam membuat produk olahan baru dari bahan baku rumput laut.
Akan  tetapi,  kelemahan  dari  jurnal  ini  yaitu  penulis  tidak  begitu memaparkan  tentang  kelebihan  dan  kekurangan  kandungan  zat  gizi  yang
terdapat dalam rumput laut Sargassum sp  yang dijadikan sebagai bahan untuk
substitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit tersebut, sehingga pembaca
tidak mendapatkan informasi lebih mengenai kandungan rumput laut tersebut.
Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu menunjukkan beberapa
komponen  zat  gizi  yang  dihasilkan  dalam  biskuit  tersebut  ada  yang  sudah
sesuai  dengan  persyaratan  dan  ada  juga  yang  melebihi  bahkan  kurang  dari persyaratan  yang  sudah  ditentukan.  Sebaiknya,  bagi  pembaca  yang  akan menjadikan  jurnal  ini  sebagai  referensi  maka  harus  mempertimbangkan
beberapa hal terkait hasil yang telah ditunjukkan agar bisa memodivikasi atau
melakukan inovasi terhadap produk yang akan dibuat.
Menurut  penelitian  ini,  biskuit  yang  dihasilkan  cukup  baik  dan  bisa
diterima  oleh  panelis.  Hal  tersebut  berati  bahwa  biskuit  tersebut  layak
dikonsumsi  atau  diproduksi  untuk  mengatasi  masalah  anemia  yang  sering
timbul  pada  anak-anak.  Selain  itu,  kandungan  karbohidrat  dari  biskuit  ini
sangat  tinggi  dan  oleh  karena  itu  maka  tekstur,  warna  dan  rasanyapun  bisa
diterima. Adapun kadar serat yang tinggi berasal dari rumput laut  Sargassum
sp  yang  mengandung  serat  cukup  tinggi.  Namun,  anak  kecil  tidak
diperbolehkan  memakan  makanan  yang  banyak  mengandung  serat,  karena
akan mengganggu proses penyerapan kadar zat gizi didalam usus kecil serta
kerja enzim-enzim pencernaan. Selain itu, serat dapat memberi rasa kenyang
yang  cepat,  sehingga  jumlah  zat  gizi  yang  seharusnya  dikonsumsi  menjadi
berkurang.
2.  Judul      :  Pengembangan  Makanan  Formula  Anak  Balita
Menggunakan Berbagai Jenis Ikan Laut dan Rumput Laut
Nama Pengarang  : Uken S.S, dkk.
Tahun Terbit   : 2007
Penerbit     :  Peneliti  pada  Puslitbang  Gizi  dan  Makanan.  Badan
Litbang Kesehatan.Depkes RI. 30(1):1-7
a.  Keyword : Food Formula, marine fishes, seaweeds, sensoric quality, children under five years old.
b.  Isi Pokok
Jurnal penelitian ini berisi tentang pembuatan makanan formula untuk
anak  balita  yang  menggunakan  berbagai  jenis  ikan  laut  dan  rumput  laut.
Jurnal  penelitian  ini  dilakukan  karena  latar  belakang  dari  adanya  masalah
kekuranagn gizi  makro dan mikro  pada anak balita.  Hasil dari penelitian ini
berupa  formula  olahan  dengan  menggunakan  berbagai  jenis  ikan  laut  dan
rumput  laut,  sebagai  sumber  protein  yang  bermutu  dan  sumber  zat  gizi
makro. Makanan formula hasil laut telah dibuat dari salah satu atau campuran
dari karbohidrat berupa tepung beras, sagu, ubi merah dan pisang oli. Bahan
sumber  protein  yang  digunakan  dalam  jurnal  ini  yaitu  ikan  pari,  cucut,
tongkol  dan  kwee.  Sedangkan  bahan  makanan  sumber  vitamin  dan mineralnya berasal dari jus rumput laut atau Seaweeds jenis  Euchema cottoni
ditambah  salah  satu  sayuran  wortel,  bayam,  katuk  atau  tomat.  Rumput  laut yang  ditambahkan  ke  dalam  formula  berupa  jus  atau  ekstrak  rumput  laut, untuk menghindarkan tekstur kristal setelah pengeringan.
Penelitian  ini  bersifat  eksploratif  dengan  desain  eksperimental.
Campuran dari semua bahan-bahan formula yang digunakan diproses dengan
cara pengolahan biskuit agar padat gizi.
Dalam  pengujian  terhadap  jurnal  ini  dilakukan  uji  cita  rasa  dan  uji
analisis zat gizi makro dan mikro. Uji cita rasa dilakukan untuk mengetahui
hasil  kesukaan  baik  tekstur,  aroma  dan  rasanya.  Sedangkan  uji  analisis  zat
gizi  makro  dan  mikro  dilakukan  untuk  mengetahui  kandungan  zat  kimia
kimia yang terdapat dalam formula tersebut.
Dalam  penelitian  ini,  rumput  laut  tidak  dapat  dipergunakan  secara
keseluruhan,  karena  butiran  daging  batang  akan  mengering  dan  membentuk kristal yang sukar larut meskipun sudah dalam bentuk tepung. Hanya jus dan ekstrak rumput laut yang digunakan dalam formula, yang ditambahkan dalam jumlah  yang  sama  untuk  memperoleh  kelembutan  adonan  yang  dapat dibentuk biskuit.
Hasil  penelitian  dari cita rasa dan kesukaan terhadap formula disajikan
dalam   bentuk  olahan  biskuit,  tepung  dan  berupa  bubur.  Untuk  penilaian
citarasa formula diberikan dalam bentuk bubur. Penambahan jus rumput laut
menghasilkan  tekstur  yang  lembut  terhadap  bubur.  Demikian  juga  dengan
warna tepung dan bubur formula merupakan bagian yang paling disukai karna
warna yang dihasilkan dikategorikan menarik. Sedangkan untuk rasa formula
umumnya disukai karena lezat dan gurih.
Untuk  formula  beras  pari  disukai  dalam  hal  warna  dan  tekstur,
sedangkan untuk rasa memperoleh penilaian rendah akibat ada sedikit aroma
amoniak dari ikan pari. Formula jagung-cucut dan ubi-tongkol yang berwarna
agak  hiaju  kusam  sehingga  menurunkan  daya  terima.  Formula  pisang  kwee disukai  karena  tekstur  dan  warna,  sedangkan  rasa  agak  kurang  diterima karena manis dari pisang oli yang mengandung banyak gula.
Selanjutnya  untuk  kandungan  zat  gizi  makro  dan  zat  gizi  mikro  yang
dihasilkan  yaitu  kandungan  energi,  protein  dan  lemak  cukup  bervariasi
meskipun  tidak  berbeda  nyata.  Formula  ubi-tongkol  dan  pisang  kwee
mempunyai  kandungan  lemak  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan
kandungan  beras  pari.  Kandungan  zat  besi  formula  masih  rendah
dibandingkan  dengan  angka  kecukupan  anak  6-11  bulan  (16),  yaitu  hanya
memenuhi  sekitar  10%.  Kandungan  asam  folat,  vitamin  A,  yodium  dan  Zn
cukup  tinggi,  dapat  memenuhi  70-110%  kecukupan  anak  balita.  Kadar  ini
diperoleh dari sumber protein, sayuran terutama rumput laut.
c.  Pendapat
Jurnal  peneltian  ini  bertujuan  untuk  menghasilkan  makanan  formula
olahan untuk anak balita yang diterima citarasanya dan banyak mengandung
zat  gizi  makro  dan  mikro  yang  dibutuhkan  untuk  pertumbuhan  dan
perkembangan anak. Makanan formula ini menggunakan bahan dasar sumber
protein  dari  berbagai  jenis  ikan  laut  dan  rumput  laut,  yang  diuji  dari  segi
komposisi bahan , mutu protein, kandungan zat  gizi makro dan mikro serta
mutu citarasanya. Kelebihan dari jurnal ini yaitu peneliti bisa membentuk dan
membuat  suatu  formula  yang  mempunyai  nilai  kandungan  gizi  makro  dan
mikro yang tinggi sehingga bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
mengatasi  masalah  penyakit  yang  sering  menyerang  anak  balita  akibat
kekurangan gizi.
Akan  tetapi  kelemahan  dari  jurnal  ini,  peneliti  tidak  begitu menerangkan dan memaparkan dengan jelas terhadap ii jurnal  ini mulai dari metode yang dilakukan tidak terlalu rinci dan hasil terhadap uji analisis baik itu dari citarasa dan kesukaan maupun dari analisis kandungan gizinya tidak dipaparkan  dengan  jelas,  mungkin  karena  penelitian  ini  membuat  berbagai
macam  formula  sehingga  fokus  pembaca  juga  terbagi-bagi  kepada  formula
yang dihasilkan. Dan secara keseluruhannya pemahaman dari jurnal ini masih
belum kuat, dan masih banyak hal yang dibingungkan.

3.  Judul      : Materi Penyuluhan Rumput Laut
Nama pengarang  : Endang Sudariastuty, S.Pi. MM.
Tahun Terbit   : 2011
Penerbit     : Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
a.  Keyword : potensi, distribusi, dan klasifikasi rumput laut, kandungan gizi dan manfaat  rumput  laut,  pemanenan  rumput  laut,  produk  rumput  laut,
pengolahan rumput laut.
b.  Isi Pokok
E-book  ini  berisi  tentang  materi  penyuluhan  perikanan  pengolahan
rumput  laut  yang  merupakan  materi  yang  digunakan  oleh  penyuluh  sebagai pelaku  utama  dalam  menyelenggarakan  penyuluhan  materi  hasil  perikanan dan  pengolah  rumput  laut  sebagai  pelaku  usaha  dalam  mengikuti  program penyuluhan  pengolahan  rumput  laut.  Ruang  lingkup  materi  penyuluhan perikanan ini terdiri atas bab Pendahuluan,  5  Materi Pokok, Penutup, Kunci Jawaban, Daftar Pustaka.  Materi pokok tentang pengolahan rumput laut yang akan dibahas  dalam materi penyuluhan perikanan ini mencakup potensi dan distribusi,  jenis  rumput  laut,  penanganan,  pengolahan  rumput  laut  menjadi produk dasar dan aneka olahan dari bahan dasar dasar, karagenan, alginat dan agar agar.
I.  Pada  bab  pendahuluan  dalam  ebook  ini  diterangkan  bahwa  Indonesia
memiliki potensi besar untuk melakukan pengembangan industri perikanan
berbasis  rumput  laut.  Pada  saat  ini  pengembangan  industri  rumput  laut
masih  menjadi  salah  satu  program  revitalisasi  Kementrian  Kelautan  dan
Perikanan,  karena  komoditas  rumput  laut  memberikan  kontribusi  dan
penyumbang  devisa  negara  terbesar  setelah  komoditas  udang  dan  tuna.
Pengembangan  industri  rumput  laut  di  Indonesia  memiliki  prospek  yang
cerah,  disebabkan karena tehnik  pembudidayaan rumput laut  yang  relatif
mudah dikuasai oleh masyarakat, sehingga usaha tersebut dapat dilakukan
secara masal. Disamping itu  permintaan terhadap rumput laut dan produk
olahannya  sangat  tinggi.  Dalam  rangka  peningkatan  nilai  tambah  serta
nilai  jualnya,  pengembangan  usaha  budidaya  rumput  laut,  harus  diikuti
dengan  pengembangan  industri  pengolahannya.  Dalam  ebook  materi
penyuluhan  ini  dijeslakan  bahwa  pengembangan  teknologi  pengolahan
rumput laut menjadi berbagai jenis olahan yang berbasis rumput laut harus
dikembangkan selaras dengan perkembangan budidayanya.
Sampai saat ini hasil produksi rumput laut sebagian besar di ekspor dalam
bentuk kering dan hanya sebagian kecil saja yang diolah menjadi alginat,
karagenan  dan  agar-agar.  Padahal  selain  diekspor  dalam  bentuk  kering,
rumput laut juga dapat diolah menjadi berbagai makanan siap saji seperti
manisan, dodol, cendol, nata de seaweed, selai, pudding, permen jelly ,dll.
II.  Materi Pokok 1
Dalam  materi  pokok  1  ini  terdiri  dari  beberapa  cakupan  materi  yaitu
potensi, distribusi, dan klasifikasi rumput laut.
1.  Potensi  pertumbuhan  dan  penyebaran  rumput  laut  sangat  tergantung
dari  faktor  faktor  oseanografi.  (Fisika,  kimia  dan  pergerakan  atau
dinamika laut), serta jenis substart dasarnya. Beberapa jenis rumput laut
di  Indonesia  yang bernilai  ekonomis  seperti  Eucheuna sp  dan  Hypnea
sp  yang  juga  disebut  carrageenophyte  menghasilkan  metabolit  primer
senyawa  hidrokoloid  yang  disebut  karagenan,  Glacelaria  sp  dan
Gelidium  sp  yang  juga  disebut  agarophyte  menghasilkan  metabolit
primer  senyawa  hidrokoloid  yang  disebut  agar.  Sementara  Sargassum
sp  yang disebut juga  alginophyte  menghasilkan  metabolit primer yang
disebut alginat.
2.  Dan untuk wilayah sebaran rumput laut di Indonesia  ini biasanya dapat
ditemui  di  perairan  yang  berasosiasi  dengan  keberadaan  ekosistem
terumbu karang. Gulma laut alam biasanya  dapat hidup diatas substrat
pasir  dan  karangmati.  Daerah-daerah  sebaran  yang  banyak  ditemui
potensi  rumput  laut  yaitu  diantaranya  ada  di  daerah  pantai  bagian
selatan Jawa dan pantai barat Sumatera.  Beberapa daerah dan pulau di
Indonesia  yang  masyarakat  pesisirnya  banyak  melakukan  usaha
budidaya  gulma  laut  ini  di  antaranya  berada  di  wilayah  pesisir
Kabupaten  Administrasi  Kepulauan  Seribu,  Provinsi  Kepulauan  Riau,
Sulawesi, Maluku Pulau Lombok dan Papua.
3.  Klasifikas beberapa Rumput Laut Komersial dan Produk Olahannya
a. Euecheuma
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae
Marga : Euecheuma
Jenis : E. spinosum dan E cottonii
Nama untuk jenis ini nama dagangnya lebih dikenal  adalah  E,
cottonii  ,  ciri  cirinya  Yaitu  thalus  silindris,  permukaan  yang  licin,
cartilageneus  (menyerupai  tulang  rawan/muda),  berwarna  hijau
terang, hijau olive dan coklat kemerahaan.
b.  Hypnea sp
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Hypneaceae
Marga : Hypnea
Jenis : Hypnea sp

c. Glacelaria
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Glacelariaeceae
Marga : Glacelaria
Jenis : Glacelaria gigas,Glacelaria verrucosa,Glacelaria lichenoides
Habitat  rumput  laut  jenis  ini  pada  umumnya  dapat  hidup
sampai 300  –  1000 m dari pantai, salinitas air berkisar 15  –  30 per
mil dengan suhu air  berkisar antara 20  -28oC kedalaman air  0.5  –  1
m  dengan  kondisi  air  jernih  sehingga  sinar  matahari  mampu
menembus  ke  dalam  air.  Oleh  karenanya  jenis  rumput  laut  ini
sebaiknya dekat dengan muara sungai.
d. Gelidium
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gilidiales
Suku : Gelidiaceace
Marga : Gelidium
Jenis : Gelidium sp

e. Sargassum
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassacaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum polyfolium
Rumput  laut  coklat  jenis  Sargassum  adalah  rumput  laut  yang mempunyai  cabang  seperti  jari,  dan  merupakan  tanaman  yang berwarna  coklat,  berukuran  relatif  besat,  tumbuh  dan  berkembang pada substrat dasar yang kuat.
III.  Materi Pokok 2
Dalam  materi  pokok  2  ini  membahas  tentang  Kandungan  Gizi  dan Manfaat  Rumput  Laut.  Kandungan  rumput  laut  umumnya  adalah  mineral esensial (besi, iodin, aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur,  khlor,  silicon,  rubidium,  strontium,  barium,  titanium,  cobalt,  oron,
copper,  kalium,  dan  unsur-unsur  lainnya),  asam  nukleat,  asam  amino,  protein,
mineral, trace elements, tepung, gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K.
Kandungan kimia penting lain adalah karbohidrat yang berupa polisakarida
seperti  agar  –  agar.  Rumput  laut  yang  banyak  dimanfaatkan  adalah  dari  jenis ganggang merah karena mengandung selain agar  –  agar. Karagenan dan alginat , porpiran dan furcelaran. Berdasarkan strukturnya karagenan dibagi menjadi tiga jenis yaitu kappa, iota dan lambda karagenan.
Pemanfaatan  rumput  laut  ini  yaitu  diantaranya  dijadikan  berbagai
macam  produk  olahan  berupa  agar,  karagenan  dan  alginat.  Yang merupakan hidrokoloid. Dengan beberapa sifat yang dimiliki rumput laut,
maka  olahan  tersebut  dapat  berfungsi  sebagai  gelling  agent,thinkener,
viscosi fiying agent, atau sebagai emulsifying agent.
IV.  Materi Pokok 3
Pada  materi  pokok  ini  membahas  tentang  pemanenan  rumput  laut
dengan melakukanpenanganan yang baik.
Hal pertama yang dilakukan pada saat hendak  memanen rumput laut yaitu
dengan cara penanganan  yang baik.  Penanganan  merupakan kegiatan pra
panen  untuk  mendapatkan  mutu  bahan  baku  yang  baik  sesuai  standar.
Penanganan terdiri dari beberapa perlakuan diantaranya:
1. Pemanenan
Rumput laut yang sudah siap panen yang dibudidayakan dengan
metode rumpon (tali), dipanen dengan cara menarik rumpon ke pinggir
pantai.  Rumput  laut  dilepas  dari  ikatannya,  dipetik  pucuknya  untuk
ditanam kembali, diikat lagi pada rumpon sebagai tanaman baru. Umur
panen  yang  optimum  adalah  40-45  hari,  hal  ini  sangat  disarankan
karena  pada  umur  tanaman  tersebut  kandungan  karagenannya  sangat
optimum.
2. Pencucian dan Perendaman
Rumput  laut  yang  sudah  dipanen  dicuci  air  laut  untuk
menghilangkan  kotoran  yang  melekat  seperti  lumpur,  garam,  dan  lain
lain,  sehingga  rumput  laut  menjadi  bersih.  Selanjutnya  rumput  laut
langsung  direndam  larutan  alkali  KOH  0,1%  sampai  terendam  dan
dibiarkan kontak dengan alkali semalaman.  Tujuan perendaman dengan
menggunakan larutan alkali adalah untuk  mendapatkan karagenan yang
maksimal kemudian setelah itu dicuci lagi dengan air tawar.
3. Pengeringan dan Sortasi
Rumput  laut  yang  sudah  netral  dikeringkan  dengan  penjemuran.
Penjemuran  bisa  dilakukan  disekitar  pantai,  atau  dilakukan  dengan
pengeringan  solar  menggunakan  kompor  dan  bisa  juga  dikeringkan
diatas para-para untuk menjaga mutu rumput laut.
Setelah  dilakukan  penanganan  dan  pemanenan  selanjutnya  rumput
laut yang kering dikemas dan disimpan.  Untuk lebih efisien tempat rumput
laut kering dapat dipress (cetak) agar didapatkan sirkulasi udara yang baik.

Hal  ini  disebabkan  apabila  sirkulasi  udara  dalam  ruangan  dan  kemasan
tidak baik, maka akan terjadi proses fermentasi , rumput laut menjadi apek
dan timbul kapang/jamur. Yang akibatnya akan menurunkan mutu  rumput
laut.
V.  Materi Pokok 4
Materi  pokok  4  berisi  tentang  beberapa  produk  rumput  laut  dan
pemanfaatan industri. Produk rumput laut yang dijelaskan dalam materi ini
yaitu terdiri dari :
1.  Agar-agar
Agar merupakan hidrokoloid rumput laut yang memiliki kekuatan
gel  yang  sangat  kuat.  Senyawa  ini  dihasilkan  dari  proses  ekstraksi
rumput laut  kelas  Rhodophyceae  terutama genus  Gracilaria, Gelidium.
Agar  merupakan  senyawa  polisakarida  dengan  rantai  panjang  yang
disusun  dari  dua  pasangan  molekul  agarose  dan  agaropektin.  Fungsi
utama  agarose  adalah  untuk  mencegah  terjadinya  dehidrasi  dari
makanan yang ditambahkan.
2.  Karagenan
Karagenan  adalah  senyawa  hidrokoloid,  merupakan  senyawa
polisakarida  rantai  panjang  yang  diekstrak  dari  rumput  laut  jenis
karagenofit  seperti  Eucheuma  sp,  Hypnea  sp.  Karagenan  dibedakan
menjadi  3  macam  yaitu  iota  karagenan,  kappa  karagenan  dan  lambda
karagenan.  Ketiganya  berbeda  dalam  sifat  gel.  Kappa  karagena
menghasilkan gel yang kuat, sefdangkan iota karagenan membentuk gel
yang halus dan mudah dibentuk.
3.  Alginat
Alginat  merupakan  hidrokoloid  yang  diekstrak  dari  alga  coklat
atau  Phaeophyceae.  Rumput  laut  penghasil  alginat  diantaranya  adalah
genus  Sargassum  dan  Turbinaria.  Alginat  menjadi  penting  karena
penggunaan  nya  yang  luas  dalam  industri  karena  sifatnya  sebagai
pembentuk  gel,bahan  pengemulsi  dll.  Di  dalam  bidang  kosmetik  dan
farmasi,  alginat  dimanfaatkan  dalam  bentuk  asam  alginat,  garam
sodium alginat dan kalsium alginat.
Selanjutnya, untuk pemanfaatn rumput laut dalam dunia industri
bisa digunakan pada industri pangan maupun non pangan, serta industri
farmasi, kosmetik dan bioteknologi.
Pemanfaatn  dalam  industri  pangan  yaitu  bisa  digunakan  dalam
pembuatan  jelly  yang  merupakan  makanan  paling  sederhana  yang
dibuat  dari  agar  atau  karagenan.  Selanjutnya  pemanfaatan  dalam
industri  farmasi  yaitu  digunakan  karena  ada  beberapa  faktor  yang
mempengaruhi  rumput  laut  dalam  industry  farmasi  antara  lain  sifat
kimia  fisika  dari  senyara  metabolit  primer  dan  sekunder  yang
dihasilkan.  Senyawa  metabolit  primer  yang  dimaksud  adalah  agar,
karagenan ( iota, kappa dan lambda) serta alginat. Senyawa senyawa ini
berfungsi sebagai suspending aget, thickener,emulsifier, stabilizer, film
former,  coating  agent  ,gelling  agent,  dan  lain  sebagainya.  Sedangkan
untuk  industri  kosmetik  penggunaan  agar,  karagenan  dan  alginat
biasanya  digunakan  untuk  produk  sabun  krim,  sabun  cair,  shampoo,
lotions,  pasta  gigi  pewarna  bibir  dan  produk  produk  perawatan  kulit
seperti  hand  body  lotion  dan  pencuci  mulut  serta  hair  lotions.  Dan
untuk  penggunaan  dalam  bidang  bioteknologi  kurang  lebih  hanya  9%
yaitu digunakan  sebagai medium untuk menumbuhkan mikroba,  seperti
bakteri, jamur, yeast, mikro alga.
Adapun pemanfaatan rumput laut dalam industri non pangan yaitu
dimanfaatkan  dalam  pembuatan  makanan  ternak,  keramik,  cat,  tekstil,
kertas dan pembuatan film fotografis.
–  Makanan ternak
Fungsi  agar,  karagenan  atau  alginat  untuk  menstabilkan  dan
mempertahankan komposisi dari makanan ternak.
–  Keramik
Karena  karagenan  mempunyai  kemampuan  sebagai  gelling  point
pada  temperatur  dan  tekanan  yang  tinggi,  maka  bisa  digunakan
dalam campuran pelapis keramik pada pembuatan busi otomotif.
–  Cat
Fungsi  karagenan  dan  alginat  dalam  industri  cat  adalah  sebagai
penstabil dan perekat pada permukaan dinding pada saat mengering,
bersifat  sebagai  pengemulsi  pada  resin  cat  supaya  minyak  dan  air
tercampur dengan sempurna.
–  Tekstil
Karagenan, agar dan alginat didunakan dalam industry tekstil, yang
fungsinya  untuk  merekatkan  benang  saat  di  tenun.  Juga  dalam
pencampuran  warna  pada  saat  mewarnia  benang  dengan  maksud
agar warna benang rata, tidak pecah dan lembut.
–  Kertas
Alginat mempunyai kemampuan membentuk film yang lembut, tidak
terputus  dan  dapat  menjadi  perekat  yang  baik.  Pembentukan  film
tersebut  memperkuat  serat  selulosa  dan  ketegangan  permukaan
kertas yang baik dalam mengatur ketebalan tinta.
–  Pembuatan Film Fotografis
Agar  banyak  digunakan  untuk  pelapisan  film  untuk  foto.  Hal  ini
disebabkan  sifat  agar  lebih  baik  dari  pada  gelatin  karena  memiliki
gelstrength atau kekuatan gel yang lebih kuat.
VI.  Materi Pokok 5
Dalam  materi  pokok  5  dibahas  tentang  berbagai  macam  aneka
produk dan olahan rumput laut. Produk-produk rumput laut terdiri dari :
1.  Alginat
Alginat pertama kali di ekstrak dari rumput laut jenis  Laminaria
oleh  seorang  ahli  kimia  Inggris  ECC.  Proses  pembuatan  alginat  yaitu
pertama dilakukan pembersihan terlebih dahuluyang dilakukan dengan
cara menyemprotkan air  ke rumput laut kemudian direndam selama 24
jam dengan air bersih, hingga lunak.  Tahapan selanjutnya rumput laut
dapat  digunakan  sebagai  bahan  baku  alginat.  Untuk  menghilangkan
kotoran  yang  larut  dalam  alkali,  rumput  laut  direndam  dalam  larutan
HCL 0.1  –  0.5%.  Tujuan perendaman dalam air  untuk mengembalikan
kondisi  rumput  laut  seperti  pada  kondisi  awal  yang  sedar  dan  lunak
sehingga  mempermudah  proses  ekstraksi  serta  melarutkan  zat  yang
terkandung dalam  rumput laut seperti laminari, manitol, zat warna serta
garam  garam  lain.  Selanjutnya  melakukan  ekstraksi/perebusan  yaitu
rumput  laut  yang  sudah  diasamkan  (  asam  Alginat)  dicuci  dengan
menggunakan air panas 45
o
C  selama 30  –  60 menit.  Setelah itu rumput
laut  di potong  –  potong dan  diaktrak dengan larutan Na2CO3 12-  13%
pada suhu 60– 70
o
C.
Kemudian  dilakukan  penyaringan,  alginat  dipisahkan  dengan
menggunakan  floating  tank  untuk  memisahkan  kotoran  yang  terikut
dengan  larutan  alginat.  Setelah  bebas  dari  kotoran,  larutan  alginat
diputihkan  dengan  menambahkan  larutan  NaOH  12%  sebanyak  1/10
volume  larutan  alginat.  Tahapan  selanjutnya  adalah  pengendapan
dengan menambahkan  laruta asam sulfat (H2SO4) 10% sebanyak 1/10.
Kemudian  melakukan  pengendapan  terhadap  Natrium  alginat.  Tahap
selanjutnya  pengeringan  dan  penepungan  yaitu  garam  alginat  yang
sudah  dipisahkan  dikeringkan  diatas  para  –  para  dan  selanjutnya
dihaluskan sampai menjadi bubuk dengan ukuran 80-100 mesh.
2.  Pengolahan ATC
Proses  pengolahan  rumput  laut  menjadi  ATC  pada  prinsipnya
adalah  sangat sederhana, yaitu dengan merebusnya dalam larutan KOH
pada suhu 85
o
C selama 2-3 jam. Adapun prosedur pengolahannya yaitu
sebagai beriku:
  Rumput laut dicuci terlebih dahulu sampai bersih
  Setelah itu lakukan perebusan dalam larutan KOH 6-8% yang telah
dipanaskan  terlebih  dahulu  hingga  suhu  80-85oC,  selama  2-3  jam.
Jika konsentrasi KOH yg digunakan 6%, maka lama perebusan 3 jam
atau  jika  konsentrasi  KOH  yang  digunakan  8%,  maka  lama
perebusan  2  jam.  Volume  larutan  KOH  yang  digunakan  sebagai
perebus  sebanyak  3-4  kali  berat  rumput  laut  kering.  Selama
perebusan rumput laut diaduk-aduk sehingga pemanasan merata.
  Selanjutnya rumput laut direndam dan dicuci berulang-ulang sampai
sampai  air  pencuci  netral  (pH  7).  Larutan  KOH  bekas  rebusan
rumput  laut  dapat  digunakan  kembali  sebanyak  3-4  kali,  tetapi
konsentrasinya harus diukur kembali.
  Rumput  laut  kemudian  dipotong-potong  sepanjang  4-5  cm,
kemudian  dikeringkan  dibawah  sinar  matahari  selama  2-3  hari,
sehingga diperoleh ATC dalam bentuk kepingan (chips).
  Produk akhir yang diperoleh kemudian digiling dan disaring menjadi
tepung ATC yang berukuran 40-60 mesh.
3.  Karaginan (skala rumah tangga)
Karagenan adalah senyawa hidrokoloid yang merupakan  senyawa
polisakarida  frantai  panjang  yang  diekstrak  dari  jenis  rumput  laut
kaginofit, contohnya  E.cottonii sp,  Hypnea sp.  Adapun prosedur dalam
pembuatan karagenan yaitu sebagai berikut:
  Rumput laut direndam dalam air tawar selama 12-24 jam, kemudian
dibilas dan ditiriskan
  Setelah bersih rumput laut direbus dalam air dengan perbandingan
rumput  laut  dengan  air  1:15,  suhu  120oC  selama  15  menit.
Perebusan  memakai  pres  cooker.  Selanjutnya  dilakukan  perebusan
lagi tanpa tekanan pada suhu 100oC selama 2-3 jam.
  Rumput  laut  yang  lunak  dihancurkan  dengan  blender  dan
ditambahkan  air  panas  (90oC)  dengan  perbandingannya  1:30.
Hasilnya disaring dengan dengan kain kasa halus.
  Filtrat  diendapkan  dengan  menambahkan  metal  alkohol  dengan
perbandingan  2.5:1,  bisa  juga  dengan  menambahkan  alkohol  90%,
atau membekukannya pada suhu -10oC – 6oC selama 24 – 48 jam.
  Endapan  yang  bercampur  alkohol  disaring  dengan  kain  kasa.  Hasil
saringan ini masih berupa karaginan basah.  Filtrat  yang beku perlu
dicairkan dahulu untuk selanjutnya disaring lagi.
  Karaginan  basah  dikeringkan  selama  3-4  hari.  Tepung  karaginanan
dapat diperoleh setelah proses penggilingan.
4.  Semi Carragenan Refined (SCR)
Semi refined carrageenan (SRC) merupakan produk intermediate
untuk  mendapatkan  karagenan  dengan  mutu  yang  lebih  baik.  Rumput
laut  yang digunakan adalah rumput laut jenis  Eucheuma sp  segar yang
baru dipanen. Dan prosedur dalam pembuatan SCR ini yaitu :
  Pencucian rumput laut
Rumput laut yang baru dipanen dicuci bersih untuk menghilangkan
garam dan kotoran lainnya.
  Perebusan
Perbusan RL dalam larutan KOH 6-8% yang telah dipanaskan lebih
dulu  sampai  mencapai  suhu  80-85oC,  selama  2-3  jam.  Untuk
konsentrasi  KOH  6%  waktu  perebusan  yang  diperlukan  adalah  2
jam. Volume larutan KOH yang digunakan untuk perebusan adalah
3-4  kali  berat  rumput  laut  kering.  Selama  perebusan  dilakukan
pengadukan agar panas merata.
  Pencucian
Setelah  perebusan  dilakukan  pencucian  berulang-ulang  sampai  air
pencuci  netral  (pH  7).  Larutan  KOH  bekas  perebusan  dapat
digunakan  kembali  sebanyak  3-4  kali  dengan  konsentrasi  yang
diukur kembali.
  Pemotongan
Rumput  laut  yang  sudah  bersih  dan  netral  dipotong-potong  dengan
ukuran 2-5 cm.
  Pengeringan
Potongan  rumput  laut  kemudian  dijemur  dibawah  sinar  matahari
Selama 2-3 hari atau menggunakan mesin pengering.
  Pengemasan
Rumput laut dalam bentuk  chips  tersebut kemudian dikemas dalam
kemasan plastik jenis PE ketebalan 0,3 mm.
5.  Agar-agar
Agar  agar  merupakan  senyawa  ester  asam  sulfat  dari  senyawa
galaktan  yang  tidak  larut  dalam  air  dingin,tetapi  larut  dalam  air
panasdengan membentuk gel. Pada umumnya agar agar ini dibuat dari
bahan  baku  Glacelaria  sp.  Dan  berikut  merupakan  cara  pengolahan
agar-agar rumput laut :
  Perendaman dan pencucian
Rumput  laut  yang  telah  mengalami  proses  pencucian  awal  ,dicuci
ulang sampai bersih, selanjutnya rumput laut direndam dalam kaporit
0.25%  selama 4-6 jam sambil diaduk hingga diperoleh rumput laut
yang  putih  dan  bersih.  Setelah  putih,  rumput  laut  direndam  selama
3–4 jam dengan menggunakan air tawar.
  Penambahan asam cuka dan asam sulfat encer
Rumput laut ditempatkan dalam wadah, kemudian ditambah dengan
asam  sulfat  encer  dan  asam  cuka  diaduk  selama  15  menit  atau
sampai benar-benar  lunak. Selanjutnya pencucian ulang sampai bau
bahan kimia hilang.
  Perebusan
Hasil  rendaman  dengan  sulfat,  selanjutnya  ditambah  air  dengan
perbandingan 1 : 50 ,dimasak dengan suhu 90  -100◦C dengan pH 5-6.  Tingkat keasaman diatur dengan menambahkan asam cuka 0.5%.
Fungsi asam cuka untuk memperoleh tekstur molekul yang konsisten
dan sebagai stabilizer. Pemasakan dilakukan selama 4 – 8 jam sambil
diaduk hingga rata. Hingga rumput laut menjadi bubur encer.
  Penyaringan
Bubur rumput laut encer disaring , untuk memisahkan antara  residu
dan larutan.Filtrat didinginkan sampai membeku
  Pengepresan
Agar  agar  yang  sudah  beku  dipotong  dengan  ketebalan  1  cm,
potongan  agar  agar  ditumpuk  kemudian  di  bagian  atas  diberi
pemberat  dan  didiamkan  selama  24  jam  sampai  terjadi  terjadi
lembaran tipis selanjutnya dijemur sampai kering.
  Penepungan
Lembaran lembaran agar agar dihaluskan hingga menjadi tepung.
6.  Dodol
Dodol  merupakan  makanan  atau  jajanan  yang  dibuat  dr  rumput
laut  dan  tepung  ketan,  santan  kelapa,  dan  gula  merah,  kadang-kadang
dicampur  buah-buahan,  spt  durian,  sirsak  dibungkus  daun  (jagung),
kertas. Cara pembuatan dodol rumput laut yaitu :
  Eucheuma  cottonii  kering  direndam  dalam  air  bersih  selama  24-48
jam kemudian ditimbang
  Pemotonganl rumput laut dan pemblenderan diblender
  Rumput  laut  yang  sudah  di  haluskan  kemudian  dimasak  dalam  air
mendidih, diaduk sampai mengental/menjendal
  Penambahan  bahan-bahan  lain  dan  aduk  sampai  menjendal/tidak
lengkat bila ditekan dengan jari
  Setelah  masak  adonan  dituangkan  ke  dalam  cetakan/Loyang  dan
dinginkan sampai menjendal
  Potong-potong ukuran 3x2x1 cm, kemudian keringkan dengan  oven
60-70oC (24-48 jam)
  Dikemas dengan plastik atau kertas minyak.
7.  Manisan
Pada umumnya manisan terbuat dari buah buahan, dan terdiri dari
manisan basah dan kering. Namun baik manisan basah maupun kering
bentuknya  harus  menarik  dan  rasa  yang  disukai  konsumen.  Pada
dasarnya  pembuatan  manisan  rumput  laut  sama  dengan  pembuatan
manisan buah.
  Pencucian
Untuk  membuat  manisan  rumput  laut  ada  beberapa  tahap  proses
yang harus dilakukan,yaitu pencucian, perendaman,dan pengolahan.
Sebelum  direndam,  rumput  laut  dicuci  terlebih  dahulu,  untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada rumput laut.
  Perendaman
Setelah itu rumput laut kering direndam dengan air tawar  sebanyak
10 Kali berat rumput laut sampai rumput laut terendam semua dalam
air.  Setiap  12  jam  sekali  air  tawar  diganti  dengan  yang  baru,
Penambahan  air  saat  perendaman  menjadi  2  (dua)  kali  lipat,  untuk
mengembangkan  volume  rumput  laut.  Perendaman  dilakukan  dua
sampai 3 hari hingga mengembang sampai 5  –  6 kali berat rumput
laut kering, dan teksture rumput laut lunak , tidak amis dan berwarna
putih bersih dan bening.
  Perendaman dalam tawas
Tahapan selanjutnya adalah perendaman dalam air tawas atau  kapur
sirih  dengan  konsentrasi  1%  selama  2  jam  yang  gunanya  agar
rumpur  laut  tidak  berair  atau  kesat.  Rumput  laut  yang  sudah
ditangani ini merupakan bahan baku untuk manisan.
  Pemotongan dan pembuatan larutan gula
Rumput  laut  yang  telah  dicuci  dan  ditiriskan  selanjutnya  dipotong
potong  denngan ukuran panjang 3  –  3,5 cm.  Penyiapan larutan gula
dengan  perbandingan  Gula  dan  air  1:1  Untuk  mendapatkan  larutan
gula yang bersih, selama perebusan dapat  dibersihkan dengan putih
telur
  Penyaringan
Setelah  mendidih,  larutan  gula  disaring  dengan  menggunakan  kain
kasa,  lalu  didinginkan.  Tujuan  penyaringan  untuk  memisahkan
larutan dari  kotoran kotoran  yang tercampur dengan gula, sehingga
tidak  mengotori  rumput  laut  yang  akan  direndam.  Selanjutnya
larutan ditambah dengan perasa dan larutan asam sitrat 0.5%, sodium
benzoate, 0,1% -0,2% serta pasta pewarna dan aroma 1%,Fungsi dari
asam  sitrat  adalah  memberikan  rasa  asam,  sedang  benzoate  adalah
sebagai  pengawet  ,  pewarna  untuk  member  warna  agar  menari,
sedangkan aroma untuk perasa.
  Perendaman
Rumput  laut  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  larutan  gula  dingin
dengan per perbandingan air gula dan rumput laut 1 :2, Perendaman
dilakukan  lebih  kurang  selama  1  hari,sampai  gula  Benar  –  benar
meresap. Setelah perendaman, rumput Laut dikemas ke dalam wadah
tertutup dan disimpan ke dalam wadah dan disimpan di dalam lemari
es.
8.  Cendol Rumpul Laut
Cendol adalah sejenis minuman dari santan dan gula merah yang
isinya  dari  potongan  rumput  laut  yang  ditambah  dengan  perasa.  Cara
pembuatan cendol rumput laut yaitu :
  Perendaman
Rumput laut Eucheuma cottonii kering dicuci bersih direndam dalam
air  atau  air  cucian  beras  selama  1-2  hari  ,  ganti  air  setiap  12  jam
sampai bau amis hilang
  Perebusan
Setelah direndam, rumput laut direbus dengan selama 30-60 menit.
Perbandingan air:rumput laut adalah 2:1.
  Pemblenderan
Setelah  direbus  kemudian  diblender/dihancurkan  Setelah  halus,
direbus kembali dengan ditambahkan pewarna, essence, susu, garam,
tepung sagu dan tepung beras.
  Pencetakan
Setelah  semua  bahan  tercampur  rata  dan  adonan  kental,  cetak
menjadi cendol . Selama proses pencetakan, ditampung dalam air es.
9.  Nata de Seaweed
Nata de  seaweed  adalah jenis olahan rumput laut menjadi bahan
minuman  yang  produknya  diolah  dengan  cara  fermentasi  dengan
menggunakan.  Produk jadi nata berbentuk jelly hasil fermentasi rumout
laut  dengan  bakteri  Acetobacter  selama  2  sampai  3  minggu.  Cara
pembuatan Nata de Seaweed yaitu :
  Ekstraksi rumput laut
Rumput laut basah (200 gr), diblender selanjutnya direbus dalam air
mendidih  (8000  ml)  selama  1-2  jam  dengan  api  kecil.  Kemudian
dilakukan  penyaringan,  sehingga  dihasilkan  filtrat.  Ukur  volume
filtrat
  Pengaturan kondisi lingkungan
Pengaturan kondisi terhadap filtrat diatur kondisi keasamannya (pH
3-4)  menggunakan  asam  cuka  0,75%.  Juga  ditambahkan  gula  pasir
10% dan ammonium sulfat 0,5% dari volume filtrat
  Proses Fermentasi
Filtrte  segera  dimasukkan  ke  dalam  wadah  plastik  atau  botol
bermulut  lebar,  dan  inokulasi  dengan  bakteri  Acetobacter  xylinum.
Fermentasi dilakukan selama 2-3 minggu
  Pemanenan dan Pengemasan
Nata  yang  sudah  terbentuk,  diangkat,  dicuci  bersih,  direbus  untuk
menghilangkan  asam.  Selanjutnya  dipotong-potong  kecil,
dimasukkan ke  dalam larutan gula (15% gula pasir dan 0,07% asam
sitrat) dan dikemas.
c.  Pendapat
Ebook  ini  sangat  bagus  untuk  sebuah  kontribusi  positif  bagi  pembaca
yang akan melakukan suatu usaha dalam bidang  rumput laut. Karena selain
memaparkan semua materi yang berkaitan dengan rumput laut, ebook ini juga
memberikan  banyak  gambaran  dan  penjelasan  tentang  manfaat  dan  cara
pengolahan  rumput  laut  yang  bisa  digunakan  dalam  bidang  pangan,  non
pangan, farmasi dan industri lainnya. Selain itu, dari eook materi Penyuluhan
Rumput  Laut  ini  pembaca  bisa  mengetahui  semua  yang  berkaitan  dengan
rumput  laut  mulai  dari  penyebarannya,  kandungan  gizinya,  penanganan  pra panen  dan  pasca  panen  sebelum  diolah  sampai  dengan  pemanfaatannya menjadi  produk  olahan  dan  diakhiri  dengan  pengemasan  dan  cara penyimpanannya.
Kelemahan dari ebook ini yaitu tidak semua jenis atau klasifikasi dari
rumput laut dipaparkan dan dijelaskan dengan rinci, dan untuk produk-produk olahan  rumput  laut  yang  lainnya  tidak  di  eksplor  atau  dicantumkan  dalam ebook ini.

4.  Judul      :  Pemanfaatan Rumput laut  Eucheuma cottoni  Untuk
Meningkatkan Kadar Iodiumdan Serat Pangan Pada Selain dan Dodol
Nama Pengarang  : Made Astawan, dkk.
Tahun Terbit   : 2004
Penerbit    :  Departemen  Teknologi  Pangan  dan  Gizi,  FATETAIPB
a.  Kata kunci  : Dodol, rumput laut, selai, serat pangan, gangguan
b.  Isi Pokok  :
Gangguan  Akibat  Kekurangan  Iodium  atau  biasa  disebut  Gaki
merupakan  masalah  yang  cukup  sering  diteumui  di  Indonesia.  Untuk
menanggulangi  hal  ini,  maka  timbullah  isisiatif  untuk  membuat  produk
makanan yang terbuat dari bahan pangan beriodium tinggi seperti rumput laut.
Rumput  laut  merupakan  salah  satu  bahan  baku  pangan  yang  memiliki
nilai iodium tinggi, yaitu 0,01-0,8% untuk ganggang coklat dan 0,1-0,15% untuk ganggang merah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya masalah GAKI di negara Jepang  dan  China  yang  erat  kaitannya  dengan  kebiasaan  masyarakatnya mengkonsumsi rumput laut dalam jumlah banyak.
Rumput  laut juga memiliki kandungan serat tinggi yang  sangat berguna
untuk mengurangi resiko terkena penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan  pembuluh  darah,  penyakit  kanker  usus  besar,  diabetes  mellitus,  batu empedu,  konstipasi,  serta  penyakit-penyait  lainnya  yang  berhubungan  dengan obesitas.  Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan berserat.
Sebagai  salah satu solusi jalan keluar, dibuatlah makanan  yang memiliki
kadar  iodium  dan  serat  yang  tinggi  berupa  selai  rumput  laut  untuk  campuran roti. Selain dalam bentuk selai, alteratif lain untuk menambahkan iodium rumput laut  adalah  melalui  makanan  selingan  berupa  dodol,  yag  erupakan  makanan cukup  populer  di  masyarakat  dan  sudah  biasa  menjadi  produk  oleh-oleh  dari wilayah tertentu di Indonesia.
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  meningkatkan  kadar  iodium  dan  serat
pangan selai dan dodol.
Dalam penelitian ini, rumput laut  yang digunakan adalah jenis  Euchema
cottonii  dengan  penambahan  essence  strawberry  sebagai  perisanya,  serta
beberapa bahan-bahan kimia untuk analisis proksimat.
Pemuatan  selai  rumput  laut  dalam  penelitian  in  tidak  jauh  berbeda
dengan  pembuatan  selai  rumput  laut  pada  umumnya.  Penambahan  essence strawberry dalam pembuatan selai sangat membantu untuk memperbaiki aroma selai,  karena  rumput  laut  yang  digunakan  masih  memiliki  aroma  air  laut  yang khas,  sehingga  dengan  penambahan  essence  strawberry  diharapkan  dapat menutupi bau dan memberikan warna yang menarik.
Selai  rumput laut ditambahkan asam sitrat dalam pembuatannya.  Hal  ni
bertujuan selain sebagai pemberi flavor, juga berfungsi untuk menurunkan pH.
Menurut  Cruss  (1958),  gel  dan  aroma  selai  yang  baik  dapat  diperoleh  pada batasan pH 3,0-3,7.
Semakin  banyak  penambahan  gula  dalam  pembuatan  selai,  maka
kekentalannya  akan  semakin  rendah.  Menurut  Dsrosier  dan  Norman  (1988), ketegaran  dari  gl  dipengaruhi  oleh  kadar  gula.  Gula  memiliki  sifat  high  water biding capacity dimana dalam konsentrasi tinggi, gula dapat menarik air keluar dari  jaringan  tiga  dimensi  gel  sehingga  mengganggu  kestabilan  karagenan  dan pembentukan  gel  menjadi  tidak  sempurna.  Kekentalan  selai  juga  dipengaruhi oleh  rumput  laut  yang  ditambahkan  .  semakin  banyak  rumput  laut  yang ditambahkan, makan kekentakannya semakin tinggi.  Hal  ini disebabkan  rumput laut mengandung hidrokoloid.
Pembuatan dodol dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu pembuatan mata ula,
pengadukan  pertama,  pengadukan  kedua  dan  pengadukan  ketiga.  Mata  ula
adalah  santan  kental  yang  dipanaskan  sampai  setengah  berminyak.  Hasil  dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi bubur rumput laut,  warna  yang  terbentuk  semakin  coklat  gelap  akibat  terbentuknya  reaksi karamelisasi pada proses pengadukan ketiga. Dodol rumput laut memiliki tekstur kekerasan dan kekenyalan dan tinggi, karena kadar air yang terdapat pada dodol rumput  laut  lebih  rendah  sehingga  mempengaruhi  kekerasan  dodol  yang dihasilkan.  Kekenyalan  yang  tinggi  disebabkan  oleh  pembentukan  gel  dari rumput  laut  yang  begitu  kuat  dan  elastis  sehingga  makin  sulit  dipecah.  dodol rumput laut memiliki kandungan iodium sebesar 21,56mg/g.
c.  Pendapat  :
Jurnal  ini cukup baik untuk dijadikan acuan, akan tetapi hasil dari penelitian
ini  maih  belum  spesifik  dalam  pembahasan  dari  kandungannya.  Sehingga
masih  belum  dapat  dipahami  dengan  rinci.  Jurnal  penelitian  ini  sangat
bermanfaat  untuk  dijadikan  salah  satu  solusi  dalam  menangani  masalah
pangan dan gizi di indonesia, karena dalam jurnal ini ada upaya pembuatan
makanan yang beriodium tinggi untuk menanggulangi masalah GAKI.
10.  Judul      :  Kualitas  Selai  Yang  Diolah  Dari  Rumput  Laut,
Gracilaria Verrucosa, Eucheuma Cottonii, Serta Campuran Keduanya
Nama Pengarang  : Eko N. Dewi, Titi Surti Dan Ulfatun
Tahun Terbit   : -Nama Penerbit  :    Jurusan  Teknologi  Hasil  Perikanan,  Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponego
a.  Kata kunci: Selai, kualitas, rumput laut
b.  Isi pokok artikel jurnal:
Selai merupakan makanan semi basah berkadar air sekitar 15-40% yang
umumnya dibuat dari sari buah  atau buah yang sudah dihancurkan, ditambah
gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk setengah padat (Margono  et
al., 1993). bentuk kental pada selai terjadi karena adanya  reaksi dari pektin
yang berasal dari buah dengan gula dan asam.  Hal yang sangat  berpengaruh
dalam  pembuatan  selai  buah  pada  umumnya  antara  lain  jenis  bahan  baku, persentase gula, dan jumlah asam  yang ditambahkan. Apabila perbandingan bahan-bahan  tersebut  kurang  tepat,  selai  yang  dihasilkan  akan  kurang  baik mutunya seperti kurang cerah, tidak jernih, kurang kenyal seperti agar dengan tekstur tidak terlalu keras (Andress & Harrison, 2006).
Pengujian  yang  dilakukan  memanfaatkan  gel  dari  rumput  laut  jenis
Eucheuma cottonii dan Gracilaria verrucosa dengan pembanding selai nanas.
Eucheuma  cottonii  mengandung  komponen  kappa  karaginan  sedangkan
rumput  laut  Gracilaria verrucosa mengandung agar yang berarti sifat gelnya
akan berbeda. Gel agar cenderung rapuh, sedangkan gel karaginan cenderung
elastis.  Selain  itu,  kedua  jenis  rumput  laut  tersebut  memiliki  kandungan
karbohidrat  yang  berbeda  pula.  Kandungan  karbohidrat  ini  juga  akan
mempengaruhi  kandungan  gula  totalnya.  Rumput  laut  mengandung komponen  serat  yang  tinggi  serta  vitamin  dan  mineral.  Rumput  laut  juga
mempunyai sifat seperti pectin pada buah sehingga sangat cocok digunakan
sebagai selai.
Secara  umum  belum  terdapat  standar  pengolahan  dan  komposisi  selai
rumput laut karena berbeda dengan selai pada  umumnya, hal ini disebabkan
karena perbedaan  sifat rumput laut dengan buah atau bahan baku  pembuatan
selai lainnya. Pembuatan  selai  dilakukan  dengan  penambahan  asam  sitrat  sebanyak1%  untuk  membantu  pembentukan  gel  dan  memberikan  rasa  masam  pada produk  selai. Perbandingan antara rumput laut dengan  gula yaitu 35%  :  65% dengan  tujuan  mendapatkan  padatan  minimal  65%  seperti  yang  disyaratkan oleh  SNI  tentang  selai  buah.  Pectin  diekstraksi  dengan  pendidihan  yang cukup lama.
Jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan selai sangat berpengaruh
terhadap  beberapa  hal,  misalnya  kadar  air,  aktifitas  air  dalam  bahan  (Aw), viskositas,  warna,  tekstur,  aroma  dan  rasa.  Tetapi  jenis  bahan  tidak
berpengaruh banyak pada kadar gula.
Analisis  sidik  ragam  menunjukkan  bahwa  terdapat  perbedaan  yang nyata pada kadar air. Perbedaan persentase kadar air pada selai diduga karena
sifat dari masing-masing species rumput laut yang digunakan. Secara alamiah
G.  verrucosa  kering  mengandung  kadar  air  19,01%  sedangkan  E.  cottonii
dalam  berat  kering  mengandung  air  lebih  kecil  yaitu  13,90%,  sehingga  ini
akan berpengaruh terhadap kadar air produk selai.
a)  Kadar Gula
Hasil  analisis  sidik  ragam  menunjukkan  bahwa  perbedaan  jenis
bahan  baku  rumput  laut  untuk  pembuatan  selai  tidak  memberikan
pengaruh  yang  signifikan  terhadap  kadar  gula  total  hasil  analisis  pada
selai,  yaitu berkisar antara 54,89%-57,64%. E. cottonii dan selai  campuran
telah  memenuhi  syarat  mutu  kadar  gula  total  yang  ditetapkan  oleh  SNI
karena  telah  melewati  kandungan  gula  minimum  dalam  selai  (55%),
sedangkan  selai  G.  verrucosa  hampir  memenuhi  syarat  mutu  kadar  gula
total  minimum  selai  karena  nilainya  sedikit  lebih  rendah  dari  55%  yaitu
54,89%.
Gula  juga  mempengaruhi  daya  awet  produk  karena  gula  yang
bersifat  higroskopis  akan  berikatan  dengan  air  yang  terkandung  dalam
bahan,  sehingga  jumlah  air  bebas  pada  bahan  akan  berkurang  dan
mikroorganisme  akansulit  tumbuh.  Selain  itu  gula  juga  berfungsi
memberikan rasa dan pembentu gel yang baik.
b)  Kadar Serat Kasar
Kadar  serat  kasar  yang  terkandung  dalam  selai  tidak  ditetapkan
dalam  SNI selai secara umum yang terbuat dari buah.  Hasil analisis ragam
menunjukkan  bahwa  perbedaan  jenis  bahan  baku  pembuatan  selai  tidak
berpengaruh  terhadap kadar serat kasar selai, baik selai  yang terbuat dari
bahan  baku  rumput  laut  maupun  selai  yang  terbuat  dari  nanas  sebagai
pembanding.  Kadar serat kasar pada hasil penelitian ini dalam berat kering
berkisar antara 2,53%-2,99%. Kandungan serat  pada penelitian ini sedikit
lebih  rendah  dibandingkan  dengan  kadar  serat  total  selai  nanas  yaitu
3,12%.
c)  Derajat Keasaman (pH)
Hasil  analisis  ragam  menunjukkan  bahwa  perbedaan  jenis  bahan
baku  dalam  pembuatan  selai  tidak  memberikan  pengaruh  yang  berbeda
nyata (P>0,05)  terhadap nilai pH selai. Hal ini disebabkan karena jumlah
asam  sitrat  yang  ditambahkan  pada  proses  pembuatan  selai  tersebut
memiliki persentase  yang sama  yaitu  sebesar 1%, sedangkan bahan baku
rumput  laut  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  mempunyai  pH  hasil
pengukuran yang netral yaitu 7.
Asam  berfungsi  sebagai  pembentuk  gel  yang  baik  karena  dapat
memecahkan  dinding  sel  thallus  rumput  laut  sehingga  komponen
pembentuk gel akan terekstrak keluar (Glicksman,1983).
d)  Aktivitas Air (Aw)
Hasil pengukuran nilai Aw menunjukkan perbedaan nilai  Aw diduga
dipengaruhi  oleh  perbedaan  kandungan  gula  total,  di  mana  selai
pembanding memiliki  kandungan gula lebih tinggi (64,44%) dibandingkan
dengan selai E. cottonii, selai G. verrucosa serta selai campuran keduanya.
Kandungan  gula  total  yang  tinggi  dalam  selai  akan  menyerap  dan
mengikat air. Adanya zat-zat tertentu seperti gula pada suatu bahan pangan
mampu mengikat air bebas yang dibutuhkan  untuk kelarutannya, sehingga
air  pada  bahan  pangan  yang  dibutuhkan  oleh  mikroorganisme  untuk
tumbuh  semakin  berkurang  atau  dengan  kata  lain  Aw  menjadi  rendah
(Winarno, 2002).
Selain  itu,  gula  juga  dapat  meningkatkan  tekanan  osmotik  dengan
cara  mengikat  air  bebas  sehingga  tidak  dapat  digunakan  oleh  mikroba.
Adanya  koloid  (gel)  yang  berasal  dari  bahan  baku  rumput  laut  juga
mempengaruhi  Aw  produk.  Hasil  analisis  sidik  ragam  menunjukkan
bahwa  faktor  perbedaan  jenis  bahan  baku  rumput  laut  yang  digunakan
dalam  pembuatan  selai  memberikan  pengaruh  yang  nyata  terhadap  nilai
Aw  selai.  Data  hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  peningkatan  kisaran
Aw selai berbanding lurus dengan peningkatan persentase kadar air.
e)  Viskositas
Berdasarkan  hasil  analisis  ragam  menunjukkan  bahwa  perbedaan
jenis bahan baku pembuatan selai  berpengaruh nyata hingga sangat nyata
terhadapnilai rata-rata parameter viskositas selai. Selai E. cottonii memiliki
nilai viskositas yang berbeda  sangat  nyata dengan selai  G. verrucosa. Hal
ini  diduga  karena  E.  cottonii  mengandung  komponen  kappa  karaginan
sedangkan  G.  verrucosa  mengandung  agar.  Selai  nanas  sebagai
pembanding  memiliki  viskositas  yang  lebih  rendah  (1480,12  cPs)
dibandingkan  dengan  selai  rumput  laut  pada  berbagai  perlakuan.  Hal  ini
diduga karena pada selai nanas mengandung pektin dan tidak mengandung
komponen  agar  dan  kappa  karaginan  yang  bersifat  hidrokoloid  serta
mampu mengikat air pada selai.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai viskositas  selai rumput
laut  yang  mendekati  nilai  viskositas  selai  nanas  sebagai  pembanding
adalah selai dari rumput  laut  G. verrucosa  dengan nilai viskositas sebesar
1691,04  cPs.  Viskositas yang  terlalu  tinggi  juga  tidak  diharapkan  karena
akan menyebabkan selai akan  semakin sulit dioleskan dan tidak menyebar
rata pada permukaan roti.
  Uji Kesukaan
–  Warna
Selai yang paling disukai dari segi warna adalah selai  E. cottonii
dengan  nilai  rata-rata  7,5  karena  warnanya  kuning  cerah  menyerupai
warna  dari  selai  nanas  (pembanding).  Sedangkan  selai  yang  paling
kurang  disukai  adalah  selai  G.verrucosa  yang  berwarna  kecoklatan.
Warna kecoklatan ini diduga berasal dari warna asal bahan baku rumput
laut yang digunakan yaitu berwarna merah kecoklatan.
Warna cerah pada selai dipengaruhi oleh penambahan asam sitrat.
Menurut  Suryani  et  al.  (2004),  penambahan  asam  sitrat  menyebabkan
warna  selai  lebih  cerah  karena  salah  satu  fungsi  asam  sitrat  adalah
untuk  meningkatkan  warna  dan  menjernihkan  gel  yang  terbentuk.
Semakin  besar  penurunan  pH  maka  warna  selai  yang  dihasilkan
semakin pucat. Hal ini  disebabkan karena asam sitrat  yang digunakan
untuk  menurunkan  pH  dapat  berfungsi  sebagai  pengikat  gel  dan
meningkatkan kecerahan warna.
–  Tekstur
Perbedaan  jenis  bahan  baku  pembuatan  selai  mempengaruhi
tingkat  kesukaan  panelis  terhadap  tekstur  selai.  Perbedaan  respon
panelis  terhadap  tekstur  selai  rumput  laut  diduga  disebabkan  karena
perbedaan  kekenyalan  (gel)  yang  dihasilkan  dari  tiap-tiap  bahan  baku
rumput  laut.  Gel  mempunyai  sifat  seperti  padatan,  khususnya  sifat
elastis dan kekakuan.
–  Aroma
E. cottonii memiliki aroma spesifik rumput laut hingga mendekati
normal, sedangkan  G. verrucosa  memiliki  aroma yang agak amis khas
rumput  laut.  Hasil  uji  Kruskal  Wallis  menunjukkan  bahwa  perbedaan
jenis  bahan  baku  pembuatan  selai  mempengaruhi  tingkat  kesukaan
panelis  terhadap  aroma  selai.  Selain  itu,  aroma  yang  ditimbulkan  dari
selai juga dipengaruhi oleh komponen  bahan penyusun lainnya seperti
gula dan asam sitrat.  Selai nanas (pembanding) memiliki nilai rata-rata
yang  lebih  tinggi  bila  dibandingkan  dengan  selai  rumput  laut  pada
penelitian ini yaitu 7,20 atau mendapat respon suka dari panelis.
–  Rasa
Hasil  uji  Kruskal  Wallis  menunjukkan  bahwa  perbedaan  jenis
bahan  baku  pembuatan  selai  mempengaruhi  tingkat  kesukaan  panelis
terhadap  rasa  selai.  Uji  lanjut  Multiple  Comparison  menunjukkan
bahwa  rasa  selai  G.  verrucosa  berbeda  nyata  dengan  rasa  selai  E.
cottonii dan selai campuran. Selai campuran berbeda nyata dengan selai
G.  verrucosa.  Rasa  pada  selai  dipengaruhi  oleh  jumlah  gula  yang
ditambahkan selama  proses pembuatan selai, sedangkan  rumput laut itu
sendiri tidak mempunyai rasa.  Hal  ini seiring dengan rendahnya kadar
gula total pada selai G. verrucosa dibandingkan dengan selai E. cottonii
dan selai campuran keduanya.
–  Daya Oles
Daya oles adalah kemampuan selai untuk dioleskan secara merata
pada  roti.  Selai  dengan  daya  oles  yang  baik  dapat  dioleskan  di
permukaan  roti  dengan  mudah  dan  menghasilkan  olesan  yang  merata.
Daya  oles  selai  erat  kaitannya  dengan  tekstur  dan  viskositas  selai.
Umumnya  panelis  menyukai  selai  yang  teksturnya  elastis,  tidak  kaku
dan  mempunyai  kemampuan  untuk  dioleskan  pada  roti  secara  merata,
pada selai  pembanding dimungkinkan  adanya penambahan bahan aditif
lain sehingga lebih mudah rekat.
c.  Pendapat:
Jurnal ini sangat baik untuk dijadikan rujukan bagi yang akan melakukan
penelitian  lebih  lanjut.  Penulis  jurnal  membahas  hasil  penelitian  dengan
terperinci namun mudah dimengerti.
Jurnal  ini  akan  lebih  mudah  dimengerti  bila  dicantumkan  table  hasil
penelitian secara keseluruhan, sehingga pembaca bisa langsung memahami hasil penelitian tentang selai rumput laut yang ada.
Agar  lebih  bermanfaat,  penulis  jurnal  dapat  mempublikasikan  dan
mensosialisasikan jurnal penelitian ini kepada masyarakat luas, agar masyarakat tahu bahwa rumput laut dapat diolah menjadi santapan enak seperti selai, serta memahami  proses  pembuatan  selai  rumput  laut  dengan  baik.  Publikasi  dan sosialisasi  dilakukan  terutama  di  daerah-daerah  dekat  laut  yang  banyak menghasilkan rumput laut sebagai komoditi andalannya.

By ehajulaeha027 Dikirimkan di Hewani